Cerpen ini bukanlah cerpen yang pertama kali saya buat, namun masih banyak kekurangan pada cerpen ini. Saya harap pembaca tidak keberatan dan harap memaklumi karena saya juga masih belajar sebagai seorang penulis. Sebagai seorang pemula, saya merasa langkah awal untuk menjadi seorang penulis adalah menulis cerita pendek dengan seribu kata dahulu, bukan langsung menulis novel dengan ratusan ribu kata. Dan entah kenapa, saya merasa cerpen klasik seperti yang ada pada dongeng - dongen klasik sangatlah tepat untuk mulai menekuni bidang tulis menulis. Jadi, silakan membaca novel saya dan jangan lupa untuk menyertakan kritik yang membangun :)
Alexandra dan Tiga
Calon Ratu
Pada zaman dahulu kala, ada sebuah kerajaan besar di Kaki
Pegunungan Alpen. Kerajaan itu merupakan kerajaan besar yang dipimpin oleh
seorang raja bernama Raja Charles. Rakyat hidup makmur dan bahagia ketika
kerajaan dipimpin oleh Raja Charles, begitu juga Raja mereka tersebut juga
sangat mencintai rakyat dan kerajaannya.
Suatu hari di bulan Desember, saat tanah terselimuti salju
tebal, sungai dan danau membeku, dan pohon – pohon menggugurkan daunnya, Ratu
Sophia melahirkan seorang bayi yang dinanti – nantikan oleh seluruh kerajaan.
Sang ratu melahirkan seorang bayi perempuan yang cantik. Meskipun bahagia, sang
raja sedikit kecewa karena yang lahir adalah bayi perempuan. Padahal, ia
menginginkan seorang pewaris takhta yang tangguh. Namun, yang lahir adalah bayi
perempuan. Ia dan sang ratu sepakat untuk memberi nama bayi itu Alexandra Marrie Snow de Argent. Nama belakangnya
berasal dari nama kerajaan tersebut, kerajaan Argentium.
Putri Alexandra tumbuh menjadi seorang gadis cilik yang
periang dan juga cerdas. Ia memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, suka
menanyakan pertanyaan – pertanyaan yang cerdas, dan suka membaca banyak buku.
Para penghuni istana dan rakyat sangat menyukai Putri Alexandra karena
kerendahan hatinya. Ia gemar sekali berkeliling keluar kerajaan dan membantu
rakyat yang sedang kesusahan.
Hingga suatu hari, sang ratu sakit – sakitan dan akhirnya
meninggal. Sang Putri sangat sedih mendengar hal ini. Begitu juga seluruh
kerajaan. Semuanya berduka selama tujuh hari dan Sang Raja memerintahkan untuk
menutup semua akses pintu masuk ke Kerajaan Argentium. Hingga pada akhirnya,
sang raja sadar apa yang ia lakukan tidak benar. Ia menyuruh para staff membuka
kembali akses masuk ke kerajaan dan semakin ambisius untuk menjalankan politik
dengan negara lain. Kerajaan tersebut pun menjadi semakin kuat dan memiliki
banyak sekutu.
Demi mempertahankan kerja sama tersebut, ia pun menikah
dengan putri – putri dari beberapa kerajaan yang menjadi sekutu Kerajaan
Argentium. Sehingga, sekarang ia memiliki tiga orang istri. Namun, belum ada
yang ia putuskan untuk menjadi seorang ratu. Ia pun akhirnya berkonsultasi
dengan penasihat kerajaannya, Richard. Richard menyarankan kepada Sang Raja
untuk tidak gegabah dalam mengambil keputusan. Ia tidak boleh mengangkat putri
yang paling disukainya sebagai ratu. Tidak, tidak bisa begitu. Ia pun
menyarankan Sang Raja untuk mengadakan serangkaian tes untuk memilih putri yang
paling cerdas dan bijaksana untuk menjadi seorang ratu.
Sang Raja pun menuruti nasihat Richard. Esok harinya, ia
mengadakan tes. Tes itu begitu rumit, tentu saja hanya seseorang yang cerdas
dan bijaksana yang dapat menyelesaikannya. Tes babak pertama adalah tes yang
menguji kecerdasan masing – masing calon ratu. Mereka disediakan sebuah mutiara
kecil yang sudah dilubangi beserta sehelai benang. Namun, lubang yang ada di
mutiara tersebut tidaklah lurus, meinkan berbelok di dalam. Para putri disuruh
untuk memasukkan benang tersebut ke dalam mutiara.
Tes babak kedua adalah tes yang menguji kecerdikan sekaligus
kebijaksanaan. Mereka akan disajikan pertanyaan mengenai masalah yang biasa
melanda Kerajaan Argentium dan mereka disuruh memecahkan masalah tersebut.
Jawaban yang paling efisien dan bijaksanalah yang nantinya akan menghantarkan seorang
putri untuk menjadi seorang ratu di Kerajaan Argentium.
Tes pertama dimulai. Ketiga calon pun sudah mulai berpikir
bagaimana memasukkan benang tersebut. Salah satu calon yang bernama Putri
Isabelle dapat melakukannya dengan lancar. Ia bangga dan puas karena dirinya
adalah calon pertama yang berhasil menyelesaikan tes itu. Sebagai tambahan
informasi, dalam tes itu para putri dipisahkan oleh sekat – sekat setinggi
pinggang. Orang yang berdiri bisa menyaksikan jalannya tes tersebut. Namun,
bagi para peserta yang duduk di lantai, mereka tidak dapat melihat apa yang
calon lain sedang lakukan.
Akhirnya, sepuluh menit kemudian salah satu putri menyusul
keberhasilan Putri Isabelle. Putri itu bernama Putri Marrie. Ia hanyalah
seorang putri yang berasal dari kerajaan kecil di tepi sungai. Sang Raja
menikahinya karena ingin berterima kasih kepada ayahnya lantaran telah
menyelamatkannya ketika sedang terluka di hutan beberapa tahun lalu.
Namun, calon terakhir, yaitu Putri Selena tidak kunjung
menyelesaikan tesnya padahal waktu akan segera habis. Putri Selena yang panik
lalu menatap Putri Alexandra kecil yang saat itu sedang menatapnya. Putri
Alexandra melihat benang dan mutiara tersebut dengan tertarik, dan saat itu
juga Putri Selena tahu kalau Alexandra adalah gadis yang cerdas. Ketika sang
raja sedang tidak melihat, ia menarik tangan Alexandra dengan kasardan
memintanya memasukkan benang tersebut. “Tunjukkan padaku bagaimana caranya
memasukkan benang ini ke dalam mutiara!” pintanya kasar. Alexandra yang ketakutan
dan berhati baik pun mau membantu Putri Selena. “Mudah saja caranya, kau
tinggal melumuri madu pada ujung benang tersebut dan memberikannya pada semut.
Arahkan semut tersebut ke mutiara dan ia akan membawa benang tersebut melewati
mutiara.”
Setelah itu, Alexandra kembali ke tempatnya dan akhirnya
seluruh calon berhasil menyelesaikan tes tersebut. Richard melihat mutiara
masing – masing putri. Dua orang putri, yaitu Putri Isabelle dan Putri Marrie
menggunakan cara yang sama, yaitu membuat lubang lain di mutiara tersebut,
sementara Puti Selena menggunakan cara yang sama sekali berbeda dan tidak
merusak mutiara tersebut. Akhirnya, Putri Selena menempati urutan pertama
diikuti oleh Putri Isabelle lalu di urutan terakhir ada Putri Marrie yang
menghela napas panjang. Melihat hal tersebut, Putri Alexandra merasa kasihan
pada Putri Marrie. Seandainya saja ia tidak membantu Putri Selena, ia pasti
tidak akan berada di urutan terakhir.
Malam harinya, Putri Alexandra yang sedang tertidur
dikejutkan oleh seorang
wanita yang membangunkannya dengan kasar. Ternyata
wanita tersebut adalah Putri Selena. “Bangunlah anak kecil! Aku punya
pertanyaan untukmu.” “Masalah apa yang biasanya terjadi di kerajaan ini?” Putri
Alexandra yang tidak tahu bahwa pertanyaan tersebutlah yang akan diajukan pada
tes esok hari menjawab dengan jujur. “Biasanya sering terjadi bencana kelaparan
ketika memasuki musim dingin. Lalu pejabat kerajaan yang tidak jujur.” “Lalu,
apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut?” Alexandra mulai
curiga namun ia pun akhirnya menjawab pertanyaan Putri Selena.
“Untuk masalah
kelaparan, kami mengantisipasi dengan menanam lebih banyak gandum saat musim
panas, sehingga hasil panenan pun berlimpah dan bisa disimpan sebagai
persediaan untuk musim dingin. Satu lagi, biasanya banyak hama yang menyerang
tanaman sehingga hasil panen tidak bisa maksimal. Untuk mengatasinya, penduduk
desa sering memburu mereka bersama – sama. Namun, menurutku cara itu tidak
efisien. Hanya membuang – buang waktu dan tenaga. Menurutku, cara yang paling
tepat adalah memasang jebakan – jebakan yang dibuat oleh ahli mekanik serta
memngerahkan bantuan predator untuk memangsa hama, lalu bisa juga menaburkan
racun di sekeliling tanaman yang akan mencegah hama untuk memakannya.”
“Bagaimana dengan para pejabat kerajaan yang tidak jujur?”
“Kalau menurutku, sang raja harus peduli dan cermat mengawasi segala kegiatan
yang ada di istana. Kalau tidak begitu, tidak bakal ketahuan. Selain itu, para
raja juga jangan mengangkat seorang pejabat kerajaan hanya dari status
sosialnya saja, karena menurutku itu tidak benar. Para bangsawan akan mudah
berbuat semena – mena. Lalu, para raja juga harus rutin melakuakan sidak pada
para pejabat, tentu saja didukung dengan undang – undang yang tegas.” Putri
Selena mengangguk mendengar jawaban Putri Alexandra yang begitu detail. Ia
merasa puas dan yakin bisa memenangkan tes ini dan menjadi seorang ratu. Ia
lalu hendak langsung pergi begitu saja tanpa mengucapkan terima kasih.
Namun, Putri Alexandra sudah mulai curiga. Ia juga merasa
kesal atas perlakuan kasar Putri Selena. Alexandra pun memegangi jubah mewah
yang dikenakan Selena. “Lepaskan tanganmu!” “Tidak mau, aku suka jubahmu.
Berikanlah padaku. Kalau tidak, aku akan berteriak.” Selena pun tidak memiliki
pilihan lain dan meninggalkan kamar Putri Alexandra.
Esok harinya, tes pun dimulai. Para calon ratu ditempatkan
di ruangan yang berbeda dan berjauhan sehingga tidak ada yang mendengar jawaban
calon lain. Putri Isabelle menjawab pertanyaan yang diberikan dengan jawaban
angkuh dan tidak peduli, mengingat ia adalah putri satu – satunya di kerajaan
besar dan sangat dibanggakan ayahnya.
Putri Marrie menjawab pertanyaan dengan sederhana dan murah
hati. Ketika ditanya bagaimana cara mengatasi kelaparan ia menjawab akan memberikan
harta kerajaan agar rakyatnya tidak kelaparan. Ketika ditanya bagaimana cara
megatasi para pejabat yang tidak jujur, ia menjawab akan mengganti mereka yang
tidak jujur tersebut dan mengambil harta mereka agar mereka berintrospeksi.
Sungguh jawaban yang sederhana, lugu, dan murah hati. Raja Charles dan Putri
Alexandria begitu juga Richard tersenyum mendengar jawaban Putri Marrie. Namun,
sang raja merasa Putri Marrie belum tepat untuk menjadi seorang ratu.
Kini, tiba giliran Putri Selena. Ia menjawab semua
pertanyaan sesuai dengan jawaban Putri Alexandra. Putri Alexandra yang sejak
malam sudah curiga, bersiap – siap menyuruh pelayannya untuk mengambil jubah
Putri Selena. “Nah, itulah jawaban yang paling benar yang aku inginkan!
Richard, kini aku telah menemukan seorang ratu yang baru! Putri Selena,
selamat. Kau kini akan dipanggil sebagai Yang Mulia Ratu Selena.” Sang raja
berkata dengan senang. Putri Selena juga tersenyum mendengarnya, meskipun ia
tahu hal ini akan terjadi.
“Tunggu dulu, ayah! Aku tidak terima jika ia menjadi seorang
ratu!” Putri Alexadra menyela. “Apa maksudmu Alexandra?” sang raja bertanya
dengan heran. “Ia meminta bantuanku untuk menyelesaikan semua tes ini. Dari
babak pertama hingga sekarang. Ia memintaku memeberi tahu bagaiamana caranya
memasukkan benang ke dalam mutiara. Lalu, ia juga datang ke kamarku tadi malam
untuk menanyakan semua ini. Dan apa yang ia katakan tadi, semua itu adalah kata
– kataku.” Alexandra menatap Selena tajam. Ayahnya, seperti biasa meragukannya.
“Apa buktinya?” pelayan pun datang membawa jubah emas Putri Selena. “Ini adalah
jubah yang ia kenakan tadi malam saat ke kamarku. Aku menahannya dan membawanya
kepadamu sebagai bukti.”
Putri Selena tidak dapat membela dirinya sendiri lagi. Semua
kecurangannya kini terungkap sudah. Ia dikembalikan ke kerajaannya dan sang
raja berkali – kali berkata kepadanya, “berani sekali kau meremehkan putriku
yang cerdas dan memperalatnya.”
Sang raja pun menangkat Putri Marrie yang sederhana dan baik
hati menjadi ratu. Ia percaya, dengan bimbingan dari Richard, Putri Marrie akan
menjadi seorang ratu yang bijaksana. Sementara Putri Isabelle menjadi selir
sang raja dan tetap hidup mewah, namun kini tidak bersikap semena – mena dan
lebih rendah hati.
Dan yang terpenting, kini sang raja sudah percaya penuh
kepada putrinya, Alexandra. Ia merasa bersalah karena telah mengabaikan
putrinya selama bertahun – tahun hanya karena ia seorang perempuan. Ia merasa
bangga dan percaya pada putrinya. Kini, ia tidak memerlukan seorang putra lagi
untuk menjadi pewarisnya. Ia percaya Alexandra bisa menjadi penggantinya kelak
dan malah lebih baik dari seorang putra.
Sementara Alexandra tetap menjadi dirinya sendiri. Ia tetap
menjadi seorang putri yang baik hati, cerdas, rendah hati, dan peduli pada rakyatnya.
Rakyat pun tetap mencintainya. Kehidupan di istana berjalan secara tenang dan
harmonis. Semuanya berakhir bahagia.