Rabu, 25 Mei 2016

Alexandra dan Tiga Calon Ratu

Cerpen ini bukanlah cerpen yang pertama kali saya buat, namun masih banyak kekurangan pada cerpen ini. Saya harap pembaca tidak keberatan dan harap memaklumi karena saya juga masih belajar sebagai seorang penulis. Sebagai seorang pemula, saya merasa langkah awal untuk menjadi seorang penulis adalah menulis cerita pendek dengan seribu kata dahulu, bukan langsung menulis novel dengan ratusan ribu kata. Dan entah kenapa, saya merasa cerpen klasik seperti yang ada pada dongeng - dongen klasik sangatlah tepat untuk mulai menekuni bidang tulis menulis. Jadi, silakan membaca novel saya dan jangan lupa untuk menyertakan kritik yang membangun :)




Alexandra dan Tiga Calon Ratu

Pada zaman dahulu kala, ada sebuah kerajaan besar di Kaki Pegunungan Alpen. Kerajaan itu merupakan kerajaan besar yang dipimpin oleh seorang raja bernama Raja Charles. Rakyat hidup makmur dan bahagia ketika kerajaan dipimpin oleh Raja Charles, begitu juga Raja mereka tersebut juga sangat mencintai rakyat dan kerajaannya.

Suatu hari di bulan Desember, saat tanah terselimuti salju tebal, sungai dan danau membeku, dan pohon – pohon menggugurkan daunnya, Ratu Sophia melahirkan seorang bayi yang dinanti – nantikan oleh seluruh kerajaan. Sang ratu melahirkan seorang bayi perempuan yang cantik. Meskipun bahagia, sang raja sedikit kecewa karena yang lahir adalah bayi perempuan. Padahal, ia menginginkan seorang pewaris takhta yang tangguh. Namun, yang lahir adalah bayi perempuan. Ia dan sang ratu sepakat untuk memberi nama bayi itu  Alexandra Marrie Snow de Argent. Nama belakangnya berasal dari nama kerajaan tersebut, kerajaan Argentium. 

Putri Alexandra tumbuh menjadi seorang gadis cilik yang periang dan juga cerdas. Ia memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, suka menanyakan pertanyaan – pertanyaan yang cerdas, dan suka membaca banyak buku. Para penghuni istana dan rakyat sangat menyukai Putri Alexandra karena kerendahan hatinya. Ia gemar sekali berkeliling keluar kerajaan dan membantu rakyat yang sedang kesusahan.

Hingga suatu hari, sang ratu sakit – sakitan dan akhirnya meninggal. Sang Putri sangat sedih mendengar hal ini. Begitu juga seluruh kerajaan. Semuanya berduka selama tujuh hari dan Sang Raja memerintahkan untuk menutup semua akses pintu masuk ke Kerajaan Argentium. Hingga pada akhirnya, sang raja sadar apa yang ia lakukan tidak benar. Ia menyuruh para staff membuka kembali akses masuk ke kerajaan dan semakin ambisius untuk menjalankan politik dengan negara lain. Kerajaan tersebut pun menjadi semakin kuat dan memiliki banyak sekutu.

Demi mempertahankan kerja sama tersebut, ia pun menikah dengan putri – putri dari beberapa kerajaan yang menjadi sekutu Kerajaan Argentium. Sehingga, sekarang ia memiliki tiga orang istri. Namun, belum ada yang ia putuskan untuk menjadi seorang ratu. Ia pun akhirnya berkonsultasi dengan penasihat kerajaannya, Richard. Richard menyarankan kepada Sang Raja untuk tidak gegabah dalam mengambil keputusan. Ia tidak boleh mengangkat putri yang paling disukainya sebagai ratu. Tidak, tidak bisa begitu. Ia pun menyarankan Sang Raja untuk mengadakan serangkaian tes untuk memilih putri yang paling cerdas dan bijaksana untuk menjadi seorang ratu.
Sang Raja pun menuruti nasihat Richard. Esok harinya, ia mengadakan tes. Tes itu begitu rumit, tentu saja hanya seseorang yang cerdas dan bijaksana yang dapat menyelesaikannya. Tes babak pertama adalah tes yang menguji kecerdasan masing – masing calon ratu. Mereka disediakan sebuah mutiara kecil yang sudah dilubangi beserta sehelai benang. Namun, lubang yang ada di mutiara tersebut tidaklah lurus, meinkan berbelok di dalam. Para putri disuruh untuk memasukkan benang tersebut ke dalam mutiara. 

Tes babak kedua adalah tes yang menguji kecerdikan sekaligus kebijaksanaan. Mereka akan disajikan pertanyaan mengenai masalah yang biasa melanda Kerajaan Argentium dan mereka disuruh memecahkan masalah tersebut. Jawaban yang paling efisien dan bijaksanalah yang nantinya akan menghantarkan seorang putri untuk menjadi seorang ratu di Kerajaan Argentium.

Tes pertama dimulai. Ketiga calon pun sudah mulai berpikir bagaimana memasukkan benang tersebut. Salah satu calon yang bernama Putri Isabelle dapat melakukannya dengan lancar. Ia bangga dan puas karena dirinya adalah calon pertama yang berhasil menyelesaikan tes itu. Sebagai tambahan informasi, dalam tes itu para putri dipisahkan oleh sekat – sekat setinggi pinggang. Orang yang berdiri bisa menyaksikan jalannya tes tersebut. Namun, bagi para peserta yang duduk di lantai, mereka tidak dapat melihat apa yang calon lain sedang lakukan. 

Akhirnya, sepuluh menit kemudian salah satu putri menyusul keberhasilan Putri Isabelle. Putri itu bernama Putri Marrie. Ia hanyalah seorang putri yang berasal dari kerajaan kecil di tepi sungai. Sang Raja menikahinya karena ingin berterima kasih kepada ayahnya lantaran telah menyelamatkannya ketika sedang terluka di hutan beberapa tahun lalu. 

Namun, calon terakhir, yaitu Putri Selena tidak kunjung menyelesaikan tesnya padahal waktu akan segera habis. Putri Selena yang panik lalu menatap Putri Alexandra kecil yang saat itu sedang menatapnya. Putri Alexandra melihat benang dan mutiara tersebut dengan tertarik, dan saat itu juga Putri Selena tahu kalau Alexandra adalah gadis yang cerdas. Ketika sang raja sedang tidak melihat, ia menarik tangan Alexandra dengan kasardan memintanya memasukkan benang tersebut. “Tunjukkan padaku bagaimana caranya memasukkan benang ini ke dalam mutiara!” pintanya kasar. Alexandra yang ketakutan dan berhati baik pun mau membantu Putri Selena. “Mudah saja caranya, kau tinggal melumuri madu pada ujung benang tersebut dan memberikannya pada semut. Arahkan semut tersebut ke mutiara dan ia akan membawa benang tersebut melewati mutiara.” 

Setelah itu, Alexandra kembali ke tempatnya dan akhirnya seluruh calon berhasil menyelesaikan tes tersebut. Richard melihat mutiara masing – masing putri. Dua orang putri, yaitu Putri Isabelle dan Putri Marrie menggunakan cara yang sama, yaitu membuat lubang lain di mutiara tersebut, sementara Puti Selena menggunakan cara yang sama sekali berbeda dan tidak merusak mutiara tersebut. Akhirnya, Putri Selena menempati urutan pertama diikuti oleh Putri Isabelle lalu di urutan terakhir ada Putri Marrie yang menghela napas panjang. Melihat hal tersebut, Putri Alexandra merasa kasihan pada Putri Marrie. Seandainya saja ia tidak membantu Putri Selena, ia pasti tidak akan berada di urutan terakhir.

Malam harinya, Putri Alexandra yang sedang tertidur dikejutkan oleh seorang 
wanita yang membangunkannya dengan kasar. Ternyata wanita tersebut adalah Putri Selena. “Bangunlah anak kecil! Aku punya pertanyaan untukmu.” “Masalah apa yang biasanya terjadi di kerajaan ini?” Putri Alexandra yang tidak tahu bahwa pertanyaan tersebutlah yang akan diajukan pada tes esok hari menjawab dengan jujur. “Biasanya sering terjadi bencana kelaparan ketika memasuki musim dingin. Lalu pejabat kerajaan yang tidak jujur.” “Lalu, apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut?” Alexandra mulai curiga namun ia pun akhirnya menjawab pertanyaan Putri Selena. 

“Untuk masalah kelaparan, kami mengantisipasi dengan menanam lebih banyak gandum saat musim panas, sehingga hasil panenan pun berlimpah dan bisa disimpan sebagai persediaan untuk musim dingin. Satu lagi, biasanya banyak hama yang menyerang tanaman sehingga hasil panen tidak bisa maksimal. Untuk mengatasinya, penduduk desa sering memburu mereka bersama – sama. Namun, menurutku cara itu tidak efisien. Hanya membuang – buang waktu dan tenaga. Menurutku, cara yang paling tepat adalah memasang jebakan – jebakan yang dibuat oleh ahli mekanik serta memngerahkan bantuan predator untuk memangsa hama, lalu bisa juga menaburkan racun di sekeliling tanaman yang akan mencegah hama untuk memakannya.” 

“Bagaimana dengan para pejabat kerajaan yang tidak jujur?” “Kalau menurutku, sang raja harus peduli dan cermat mengawasi segala kegiatan yang ada di istana. Kalau tidak begitu, tidak bakal ketahuan. Selain itu, para raja juga jangan mengangkat seorang pejabat kerajaan hanya dari status sosialnya saja, karena menurutku itu tidak benar. Para bangsawan akan mudah berbuat semena – mena. Lalu, para raja juga harus rutin melakuakan sidak pada para pejabat, tentu saja didukung dengan undang – undang yang tegas.” Putri Selena mengangguk mendengar jawaban Putri Alexandra yang begitu detail. Ia merasa puas dan yakin bisa memenangkan tes ini dan menjadi seorang ratu. Ia lalu hendak langsung pergi begitu saja tanpa mengucapkan terima kasih.
Namun, Putri Alexandra sudah mulai curiga. Ia juga merasa kesal atas perlakuan kasar Putri Selena. Alexandra pun memegangi jubah mewah yang dikenakan Selena. “Lepaskan tanganmu!” “Tidak mau, aku suka jubahmu. Berikanlah padaku. Kalau tidak, aku akan berteriak.” Selena pun tidak memiliki pilihan lain dan meninggalkan kamar Putri Alexandra.

Esok harinya, tes pun dimulai. Para calon ratu ditempatkan di ruangan yang berbeda dan berjauhan sehingga tidak ada yang mendengar jawaban calon lain. Putri Isabelle menjawab pertanyaan yang diberikan dengan jawaban angkuh dan tidak peduli, mengingat ia adalah putri satu – satunya di kerajaan besar dan sangat dibanggakan ayahnya. 

Putri Marrie menjawab pertanyaan dengan sederhana dan murah hati. Ketika ditanya bagaimana cara mengatasi kelaparan ia menjawab akan memberikan harta kerajaan agar rakyatnya tidak kelaparan. Ketika ditanya bagaimana cara megatasi para pejabat yang tidak jujur, ia menjawab akan mengganti mereka yang tidak jujur tersebut dan mengambil harta mereka agar mereka berintrospeksi. Sungguh jawaban yang sederhana, lugu, dan murah hati. Raja Charles dan Putri Alexandria begitu juga Richard tersenyum mendengar jawaban Putri Marrie. Namun, sang raja merasa Putri Marrie belum tepat untuk menjadi seorang ratu.

Kini, tiba giliran Putri Selena. Ia menjawab semua pertanyaan sesuai dengan jawaban Putri Alexandra. Putri Alexandra yang sejak malam sudah curiga, bersiap – siap menyuruh pelayannya untuk mengambil jubah Putri Selena. “Nah, itulah jawaban yang paling benar yang aku inginkan! Richard, kini aku telah menemukan seorang ratu yang baru! Putri Selena, selamat. Kau kini akan dipanggil sebagai Yang Mulia Ratu Selena.” Sang raja berkata dengan senang. Putri Selena juga tersenyum mendengarnya, meskipun ia tahu hal ini akan terjadi.

“Tunggu dulu, ayah! Aku tidak terima jika ia menjadi seorang ratu!” Putri Alexadra menyela. “Apa maksudmu Alexandra?” sang raja bertanya dengan heran. “Ia meminta bantuanku untuk menyelesaikan semua tes ini. Dari babak pertama hingga sekarang. Ia memintaku memeberi tahu bagaiamana caranya memasukkan benang ke dalam mutiara. Lalu, ia juga datang ke kamarku tadi malam untuk menanyakan semua ini. Dan apa yang ia katakan tadi, semua itu adalah kata – kataku.” Alexandra menatap Selena tajam. Ayahnya, seperti biasa meragukannya. “Apa buktinya?” pelayan pun datang membawa jubah emas Putri Selena. “Ini adalah jubah yang ia kenakan tadi malam saat ke kamarku. Aku menahannya dan membawanya kepadamu sebagai bukti.”


Putri Selena tidak dapat membela dirinya sendiri lagi. Semua kecurangannya kini terungkap sudah. Ia dikembalikan ke kerajaannya dan sang raja berkali – kali berkata kepadanya, “berani sekali kau meremehkan putriku yang cerdas dan memperalatnya.”


Sang raja pun menangkat Putri Marrie yang sederhana dan baik hati menjadi ratu. Ia percaya, dengan bimbingan dari Richard, Putri Marrie akan menjadi seorang ratu yang bijaksana. Sementara Putri Isabelle menjadi selir sang raja dan tetap hidup mewah, namun kini tidak bersikap semena – mena dan lebih rendah hati. 

Dan yang terpenting, kini sang raja sudah percaya penuh kepada putrinya, Alexandra. Ia merasa bersalah karena telah mengabaikan putrinya selama bertahun – tahun hanya karena ia seorang perempuan. Ia merasa bangga dan percaya pada putrinya. Kini, ia tidak memerlukan seorang putra lagi untuk menjadi pewarisnya. Ia percaya Alexandra bisa menjadi penggantinya kelak dan malah lebih baik dari seorang putra.

Sementara Alexandra tetap menjadi dirinya sendiri. Ia tetap menjadi seorang putri yang baik hati, cerdas, rendah hati, dan peduli pada rakyatnya. Rakyat pun tetap mencintainya. Kehidupan di istana berjalan secara tenang dan harmonis. Semuanya berakhir bahagia.


 

0 komentar:

Posting Komentar